Monday, July 31, 2006

PERJALANAN: POTOTANO, SUMBAWA NTB – LABUHAN BAJO, FLORES NTT


Ini adalah jurnal perjalananku di hari ke-101 s.d. ke-104 yang merupakan bagian dari perjalanan bersepedaku seorang diri: JAKARTA – SABANG, NAD – JAKARTA – LARANTUKA, NTT – JAKARTA


Kamis, 27 Juli 2006 (Hari ke-101) Perjalanan ke Arah Timur:

Hari ini kuawali perjalanan menelusuri Pulau Sumbawa NTB dari pelabuhan Pototano yang terletak di sebelah barat pulau ini. Setelah berpamitan dengan petugas KP3 pelabuhan Pototano, pagi ini kukayuh kembali sepedaku sekuat tenaga. Entah mengapa, hari ini aku mengikat rambut panjangku yang selama ini kubiarkan terurai apa adanya. Jujur saja, ini adalah kali pertama aku mengikat rambut selama melakukan perjalanan ini hehehe. Jalur hari ini cukup enak untuk kulalui dengan bersepeda. Sekalipun jalur tersebut naik-turun dan kadang sangat sepi, aku tetap merasa nyaman melaluinya.

Apalagi setiap penduduk yang berpapasan denganku selalu menegur sapa dan memanggilku dengan sebutan Mister! Hahaha aku jadi teringat saat perjalanan di provinsi Bengkulu. Panggilan seperti itu juga yang kuterima dari penduduk setempat. Belakangan kuketahui bahwa ternyata latar belakangnya pun sama yaitu karena rute tersebut sering dilalui oleh turis-turis asing yang hendak ke pulau Komodo. Apa aku mirip orang bule? Hmm mungkin aja kali ya kalo mereka beranggapan bahwa orang Afrika yang hitam itu pun juga adalah bule! Maklum kulitku sudah semakin legam!

Jarak tempuh yang berhasil kurengkuh dengan kayuhan sepeda hari ini sekitar 190 km saja. Menjelang magrib aku tiba di Kota Empang. Kebetulan seorang sahabat milis ku, Bang Faried, memiliki kerabat di kota ini. Langsung saja kuarahkan sepedaku menuju kediaman keluarga mertuanya tersebut sesuai dengan alamat yang diberikan. Tanpa bersusah payah, kediaman tersebut segera kutemukan. Dan....malam ini kurebahkan tubuhku di salah satu kamar yang ada di rumah tersebut.

Jumat, 28 Juli 2006 (Hari ke-102) Perjalanan ke Arah Timur:

Setelah berterima kasih, aku mohon pamit untuk melanjutkan perjalananku kembali pagi ini. Sesuai permintaan mereka, aku berjanji untuk mampir kembali ke rumah tersebut sekembaliku nanti dari Larantuka. Insya Allah.

Perjalanan hari ini lumayan berat. Aku harus menyusuri jalan-jalan menanjak dengan sisi kanan berupa tebing dan sisi kiri berupa lautan. Tak jarang pula aku berpapasan dengan monyet-monyet hutan yang berkeliaran bebas di pinggir jalan. Aku sempat menegur mereka tapi dijawab dengan cengiran yang memperlihatkan serangkaian gigi tajam mereka hehehe. Seandainya saja mereka bisa kuajak bicara pasti sudah kuluangkan waktu sejenak untuk beristirahat sambil ngobrol-ngobrol dengan tentang perjalananku ini dengan mereka hihihi.

Frekuensi kendaraan yang melintasi jalur ini juga terbilang sangat jarang lho.

Setelah beristirahat beberapa kali pada kota-kota yang kulalui, menjelang sore aku tiba di kota Dompu, Sumbawa. Kebetulan di kota ini aku memiliki kenalan seorang aktivis Himpunan Masyarakat Pencinta Alam (HUMPA) sehingga malam ini aku bisa menumpang bermalam di rumahnya.

Sabtu, 29 Juli 2006 (Hari ke-103) Perjalanan ke Arah Timur:

Keraguan-raguan itu datang lagi! Yah, hari ini aku sempat ragu kembali apakah aku harus terus melanjutkan perjalananku ini hingga ke Larantuka atau tidak. Penyebabnya karena aku terlibat konflik batin dengan sahabatku yang berada ribuan kilometer nun jauh di seberang pulau sana. Segera saja kuraih hp-ku dan kukirimkan kabar via sms kepada kakak dan sahabatku, Faried, yang isinya mengabarkan bahwa aku memutuskan untuk menghentikan perjalanan ini sampai di kota Dompu ini saja! Kuputuskan untuk kembali ke Jakarta.

Segera saja, kakak dan temanku bereaksi! Mereka menanyakan permasalahan yang sesungguhnya kuhadapi sambil memberikan dorongan semangat kembali padaku. Aku jadi ragu kembali! Kurenungkan kembali kata-kata kakakku dan Bang Faried. Tak lama kemudian aku berkata pada diriku sendiri, ”Aku memang egois!” Akhirnya, kusadari untuk tidak menyia-nyiakan perjalananku yang sudah tinggal beberapa ratus atau ribu kilometer lagi. ”Yah, perjalanan ini tidak boleh sia-sia!”, begitu pikirku kemudian.

Tanpa memberitahukan kepada siapapun yang ada di seberang pulau, kulanjutkan perjalanan ini menuju kota Sape yang berada di sebelah Timur pulau Sumbawa.

Sekitar pukul 16.00 WIB (17.00 WITA) aku telah tiba di kota Sape, sebuah kota pelabuhan yang menyediakan penyeberangan menuju pulau Komodo dan pulau Flores di Nusa Tenggara Timur. Malam ini aku menginap di Kantor KP3 Pelabuhan Sape.

Minggu, 30 Juli 2006 (Hari ke-104) Perjalanan ke Arah Timur:

Kapal yang menyeberangi Selat Sape dari Pelabuhan Sape menuju Labuhan Bajo di Pulau Flores baru akan berangkat pukul 10.00 WITA. Ini berarti cukup lama bagiku untuk menunggu jam keberangkatan tersebut. Kuhabiskan waktuku untuk melihat-lihat kota pelabuan yang kecil ini. Kesibukan sebagaimana layaknya sebuah pelabuhan sudah nampak sejak subuh tadi. Aku sempat ngobrol-ngobrol dengan petugas KP3 dimana semalam aku menumpang tidur di salah satu sudut ruang yang ada di kantor tersebut. Tepat pukul 10.00 WITA kapal berangkat menuju Labuhan Bajo.

Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pelabuhan tujuan cukup lama yaitu 8 jam. Sehingga baru pada pukul 18.00 WITA kapal merapat di Labuhan Bajo, Flores. Selama di kapal lebih banyak waktuku kugunakan untuk beristirahat dan sesekali berbincang-bincang dengan penumpang lain yang kebanyakan adalah pedagang. Kujelaskan kepada mereka yang bertanya tentang perjalananku ini. Ada yang mengerti dan ada pula yang kelihatannya sama sekali tidak paham. Bahkan ada di antara mereka yang tidak tahu dimana letak kota Sabang!

Kuucapkan syukur Alhamdulillah saat kaki dan sepedaku menginjak tanah pulau Flores NTT ini. ”Tujuanku sudah semakin dekat”, begitu pikirku. Meski sesungguhnya aku sadar bahwa perjalananku di pulau ini masih sangat jauh. Aku masih harus mengayuh sepedaku dari sisi barat hingga sisi timur pulau Flores

Karena tidak ada kantor KP3 pelabuhan ini, aku menumpang bermalam di Pos Marinir malam ini. ”Besok kan kumulai perjalanan menyusuri pulau Flores ini”, gumamku sebelum tertidur.

Wednesday, July 26, 2006

PERJALANAN: DENPASAR – POTOTANO, SUMBAWA


Ini adalah jurnal perjalananku di hari ke-98 s.d. ke-100 yang merupakan bagian dari perjalanan bersepedaku seorang diri: JAKARTA – SABANG, NAD – JAKARTA – LARANTUKA, NTT – JAKARTA

Senin, 24 Juli 2006 (Hari ke-98) Perjalanan ke Arah Timur:

Tadi malam aku bisa tidur dengan pulas meskipun harus tidur di kamar sel tahanan kantor KP3 pelabuhan. Aku memang yang meminta tidur di tempat itu. Kebetulan memang sedang tidak terisi dan para petugas pun tidak keberatan. Setelah berterima kasih dan pamit kepada para petugas KP3 Gilimanuk, sekitar pukul 07.00 WITA kukayuh sepedaku menuju Denpasar. Entah mengapa hari ini aku ingin sekali segera tiba di ibukota pulau Dewata itu. Sejak bangun tidur pagi tadi, telah kutanamkan dalam diriku untuk tidak perlu lagi memikirkan hal-hal yang menurutku percuma untuk dipikirkan. Kekecewaanku kepada pihak Polygon tidak boleh menjadi penghambat tujuan perjalananku. Toh masih banyak rekan-rekanku yang sangat peduli kepadaku.

Jalur Gilimanuk menuju Denpasar sepanjang kurang lebih 130 km aku libas dalam waktu 6,5 jam saja! Sangat berbeda dengan tahun lalu dimana aku menempuh jalur tersebut dalam waktu lebih dari 8 jam. Saat itu aku memang belum mengenal medan jalan secara persis. Nah, berbekal perjalanan tahun lalu, aku jadi merasa mengenal setiap jengkal jalur tersebut. Aku bahkan merasa seperti baru kemarin aku melalui jalur tersebut.

Setibaku di Denpasar seorang rekan milis yang bernama Toto Totog telah menanti kedatanganku. Meskipun sempat sedikit misunderstanding dengannya tapi keakraban kami tetap terbina dengan baik. Sejak siang hingga malam kami saling berbagi cerita. Apalagi beberapa rekan Toto pun ikut nimbrung dalam perbincangan tersebut. Malam ini aku menginap di tempat kost-an sahabatku itu.

Selasa, 25 Juli 2006 (Hari ke-99) Perjalanan ke Arah Timur:

Wah aku nggak tau harus mengucapkan apa lagi kepada sahabatku, Toto. Ia telah memperlakukanku dengan sangat baik dan bahkan ia pun memberikan tambahan perbekalan untuk perjalananku. Karena memang perbekalanku mulai menipis, aku tak kuasa menolak pemberiannya. Tapi saat ia akan memberiku sejumlah uang, kutolak secara tegas pemberian tersebut. Kukatakan padanya bahwa aku masih memiliki dana cukup untuk bisa mengantarku hingga Larantuka. Aku berjanji akan memberinya kabar bila ternyata nanti danaku tidak mencukupi. Yah, bagiku yang terpenting saat ini adalah kepedulian rekan-rekan kepadaku. Itu saja sudah jauh dari cukup. Sejak beberapa hari lalu aku memang telah berusaha untuk menghemat setiap pengeluaran uangku.

Pukul 09.30 WITA, kulanjutkan perjalanan dengan kembali mengayuh sepedaku. Toto sempat mengantarku dengan sepeda motornya hingga ke jalan raya yang mengarah ke pelabuhan Padang Bai. Kukayuh sepedaku dengan sekuat tenaga. Hari ini aku seperti mendapat semangat baru!

Lewat pukul 1 siang aku telah tiba di Pelabuhan Padang Bai. Sayang, kapal feri yang menyeberangi pulau Bali ke Pulau Lombok mengalami keterlambatan jadwal. Hampir satu setengah jam kemudian aku baru bisa menaiki kapal Feri tersebut. Keberangkatan pun tertunda sedikit. Di atas kapal aku berkenalan dengan dua orang pria berkebangsaan Belanda yang berniat menikmati keindahan alam Pulau Lombok. Aku bisa berkomunikasi dengan mereka karena salah seorang yang bernama Mr. Andy adalah seorang Indo (Belanda-Sunda) yang lancar berbahasa Indonesia. Sedangkan seorang lagi yang bernama Mr. Ronny hanya bisa berkomunikasi dalam bahasa Belanda dan Inggris. Kesamaan dalam hal hobi berpetualang menjadikan kami tidak membutuhkan waktu lama untuk menjalin persahabatan. Dua jam lebih perjalanan menyeberangi Selat Lombok kami habiskan untuk saling berbagi pengalaman. Kuceritakan saja ekspedisi yang sedang kujalani. Tak kusangka antusiasme mereka terhadap perjalananku begitu besar. Mereka bahkan mengundangku untuk bergabung menikmati keindahan pantai Senggigi esok hari. Sayang aku tidak bisa memenuhi undangan mereka. Aku harus tetap konsen pada tujuan perjalananku saat ini.

Sekitar pukul setengah tujuh malam waktu setempat kapal bersandar di Pelabuhan Lembar, Lombok. Seorang rekan milisku bernama Mbak Nita telah menungguku.

Rabu, 26 Juli 2006 (Hari ke-100) Perjalanan ke Arah Timur:

Kasian Mbak Nita. Kelihatannya ia telah menunggu kedatanganku cukup lama di pelabuhan Lembar tadi malam. Segera saja kuperkenalkan diriku termasuk kuperlihatkan kulit lengan dan mukaku yang semakin legam terbakar matahari. Kuikuti langkah sepeda motor Mbak Nita menuju kediaman keluarganya di kota Mataram yang membutuhkan waktu satu jam perjalanan dengan bersepeda. Aku sangat terharu dengan sambutan keluarga Mbak Nita. Tak kusangka hanya dengan berkenalan via dunia maya kami bisa terasa begitu akrab satu sama lain.

Malam ini aku dan Mbak Nita diundang makan malam oleh sahabat baruku yang berasal dari Belanda. Kami penuhi undangan makan malam di sebuah Rumah Makan Padang dan nongkrong sejenak di sebuah kafe. Persahabatan diantara kami semakin terjalin erat. Sungguh aku tidak menyangka akan memperoleh begitu banyak teman dalam perjalananku kali ini. Selesai jamuan oleh Mr. Andy dan Mr. Rony, aku dan Mbak Nita kembali ke rumah dan menumpang bermalam di sana. Perlakukan keluarga Mbak Nita kepadaku pun tak kalah ramahnya.

Setelah mengucapkan terima kasih dan berpamitan dengan Mbak Nita dan keluarga, pagi ini aku menyempatkan diri untuk bersilaturahmi ke rekan-rekan pencinta alam di Universitas Mataram (MATER NAPALA). Siang harinya, sekitar pukul 14.00 WITA kulanjutkan perjalananku menuju pelabuhan Kayangan untuk menuju Sumbawa.

Sekitar pukul 17.30 WITA aku telah berada di atas kapal Feri di Pelabuhan Kayangan Lombok yang akan membawaku menyeberangi Selat Alas menuju Pulau Sumbawa NTB. Pukul 19.38 WITA aku tiba di pelabuhan Pototano Sumbawa. Malam ini aku menumpang bermalam di kantor KP3 pelabuhan tersebut.

Sunday, July 23, 2006

PERJALANAN: SURABAYA–GILIMANUK BALI


Ini adalah jurnal perjalananku di hari ke-95 s.d. ke-97 yang merupakan bagian dari perjalanan bersepedaku seorang diri: JAKARTA – SABANG, NAD – JAKARTA – LARANTUKA, NTT – JAKARTA


Jumat, 21 Juli 2006 (Hari ke-95) Perjalanan ke Arah Timur:

Kemarin, seharian aku beristirahat di kota Surabaya. Kugunakan waktu istirahatku tersebut untuk memulihkan tenaga sekaligus merenung akan arti perjalananku kali ini.

Niatku untuk berkeliling pulau Madura tercapai sudah. Telah kugunakan tenagaku untuk mengayuh sepeda menyusuri jalan tepi pantai di pulau garam tersebut dalam waktu tiga hari.

Pagi ini, sekitar pukul 6 kukayuh sepedaku meninggalkan ibukota Jawa Timur. Satu jam lebih kemudian aku tiba di kota Sidoarjo. Sengaja kusinggah di kota ini karena aku ingin berkunjung ke kantor pusat Polygon untuk sekedar menyampaikan kisah tentang perjalananku selama ini bersama sepeda buatan mereka. Namun sayang, di kantor tersebut kekecewaan yang kuperolah. Pihak Polygon tidak menunjukkan respon positif atas apa yang telah kulakukan. Demikian pula saat kutunjukkan CD yang berisi dokumentasi perjalananku mendaki gunung Sinabung di SUMUT dengan menyertakan sepeda Polygon hingga ke puncak. Tidak ada respon sedikitpun dari mereka!

Dengan langkah gontai dan sedikit patah semangat kutinggalkan kantor tersebut. Ingin rasanya mengganti sepeda yang telah kukayuh selama ini dengan sepeda merek lain. Tapi aku sadar bahwa sepeda yang telah menemaniku selama ini tidak memberikan kontribusi salah sedikitpun padaku. Kebetulan saja ia bermerek Polygon, begitu pikirku sambil tersenyum sendirian.

Kupendam rasa kecewa dan amarahku pada pihak Polygon. Kutekadkan kembali semangatku untuk melanjutkan perjalanan ini hingga entah sampai kota mana aku mampu merengkuhnya.

Entah kebetulan atau tidak, siang ini aku dihinggapi rasa kantuk yang luar biasa. Memang, kuakui rasa malas telah mulai menyerangku sejak kutinggalkan kota Sidoarjo. Akhirnya kuputuskan untuk beristirahat sejenak memenuhi permintaan kantukku itu. Karena tidak ada masjid yang kutemui, kurebahkan saja tubuhku di rerumputan yang ada di pinggir jalan daerah Porong. Tak terasa aku tertidur selama hampir dua jam. Sampai-sampai aku lupa bahwa hari ini adalah hari Jumat! Astagfirullah aku telah lalai menunaikan sholat Jumat hari ini. Segera saja kukayuh sepedaku dan kucari masjid terdekat yang kutemui. Kutunaikan segera sholat Dzuhur di masjid tersebut.

Pukul setengah lima sore aku tiba di kota Probolinggo. Dengan sisa tenaga yang mulai melemah, sepeda kuarahkan menuju Universitas Panca Marga.

Malam ini aku menumpang bermalam di markas mapala perguruan tinggi tersebut yang bernama MARABUNTA.

Sabtu, 22 Juli 2006 (Hari ke-96) Perjalanan ke Arah Timur:

Persediaan dana perjalananku mulai menipis. Aku mencoba berhitung berapa lagi dana yang akan kukeluarkan untuk makan dan ongkos-ongkos penyeberangan serta biaya tak terduga hingga Larantuka. Dari hasil hitung-hitunganku rasanya uang yang kubawa akan sangat mepet sekali dengan kebutuhan yang kuperkirakan. Akhirnya, kubulatkan tekad untuk memulai program pengencangan ikat pinggang mulai hari ini. Yah, aku hanya akan makan dua kali sehari saja. Plus, terpaksa mengurangi atau bahkan menghilangkan makanan ringan ataupun supplement food yang kadang kukonsumsi. Aku yakin aku akan tetap sanggup mengayuh meski asupan makanan berkurang. Toh aku sudah biasa menderita, begitu pikirku. Aku jadi teringat saat melakukan petualangan mendaki 15 gunung di pulau Sumatera secara kontinyu di tahun 2004 lalu. Saat itu aku hanya membawa dana perjalanan satu juta rupiah. Toh aku tetap sanggup menyelesaikannya dengan baik. Untuk mengurangi biaya transportasi, saat itu aku nebeng angkutan barang untuk bisa tiba di kota-kota yang kutuju. Makanpun aku kurangi frekuensinya.

Kayuhanku pagi ini kumulai dengan terlebih dahulu berpamitan dengan rekan-rekan di Mapala Marabunta Universitas Panca Marga Probolinggo. Perjalanan hari ini terasa tak berbeda dengan hari sebelumnya. Rasa kecewa dan malas masih menaungi benakku. Dengan susah payah kucoba menghalau perasaan yang akan menjadikanku berpikir skeptis. Kucoba bangkitkan kembali semangatku sedikit demi sedikit. Kadang kuberbicara sendiri dalam hati agar aku hanya berkonsentrasi pada target perjalananku. Paling tidak hal itu bisa membantuku walau tidak banyak.

Menjelang pukul 3 sore kayuhanku membawaku tiba di kota Situbondo. Tidak jauh jarak yang kutempuh hari ini. Seharusnya, jarak Surabaya-Banyuwangi bisa kutempuh dalam 2 hari. Tapi karena kemarin aku mampir di Probolinggo, maka sangat sulit bagiku untuk menembus Banyuwangi hari ini.

Kuhabiskan waktuku di sore hari di Situbondo ini dengan beristirahat di masjid yang berada di depan alun-alun kota. Awalnya aku berpikir untuk bermalam di masjid ini, tapi keinginanku tersebut berubah. Aku merasa lebih nyaman dan tenang bila bermalam di kantor polisi. Yang kukhawatirkan bukanlah diriku semata tetapi juga sepeda dan perlengkapan-perlengkapan lain yang kubawa.

Akhirnya, kuputuskan untuk mencari kantor polisi yang mau mengijinkan aku bermalam di sana. Alhamdulillah Kepala Polsek Panji di kota tersebut mengijinkan aku bermalam di sana malam ini.

Minggu, 23 Juli 2006 (Hari ke-97) Perjalanan ke Arah Timur:

Setelah berpamitan dengan para petugas polisi Polsek Panji Situbondo, kukayuh kembali sepedaku menuju kota Banyuwangi. Hari ini kukayuh sepedaku dengan santai. Karena kutahu kalaupun aku bisa mencapai pelabuhan Ketapang Banyuwangi pada siang hari, toh aku tidak mungkin menembus kota Denpasar di sore harinya. Alasan itulah yang membuatku tidak memaksa kayuhan sepedaku hari ini.

Hanya berselang 3 jam perjalanan aku telah tiba di kawasan hutan Baluran Jawa Timur. Segera saja kuarahkan sepedaku ke kantor Perhutani yang ada di sana. Kebetulan beberapa petugas yang ada di sana telah mengenal aku. Meskipun aku tidak hafal persis nama-nama mereka tapi keakraban di antara kami tetap bisa terasakan. Sejenak aku merasa seperti berkumpul di tengah keluargaku saat berbincang-bincang dengan mereka.

Hampir satu jam aku berada di kantor Perhutani tersebut. Setelah merasa cukup bersilaturahmi, aku pamit dan meneruskan perjalananku. Sekitar pukul 4 sore aku tiba di pelabuhan Ketapang Banyuwangi. Awalnya aku ingin bermalam di pelabuhan tersebut, tapi karena kulihat ada kapal Feri yang siap menyeberang ke pulau Bali, kubatalkan niatku untuk bermalam di Ketapang. Akhirnya, kuputuskan untuk ikut menyeberang ke pulau Dewata sore ini juga.

Ombak sore ini cukup keras. Perjalanan menyeberang Selat Bali yang biasanya hanya memakan waktu setengah jam, kali ini ditempuh dalam waktu satu jam. Saat berada di atas kapal Feri, aku teringat akan perjalananku di tahun 2005 lalu. Rasanya baru kemarin aku menyeberang seperti ini dengan membawa sepeda dari Jakarta. Hmm waktu memang berlalu begitu cepat.

Setelah merapat di pelabuhan Gilimanuk, aku segera pergi menuju Kantor KP3 untuk melapor sekaligus memohon ijin untuk menumpang bermalam di sana. Alhamdulillah aku diijinkan bermalam meskipun isi tas yang kubawa kurelakan untuk digeledah terlebih dahulu. Aku sangat memaklumi tugas mereka. Semua aparat keamanan di pulau Bali hingga saat ini memang selalu waspada. Mereka sangat tidak menginginkan terjadinya aksi terorisme terulang kembali di sana.


Thursday, July 20, 2006

PERJALANAN: KELILING PULAU MADURA



Ini adalah jurnal perjalananku di hari ke-92 s.d. ke-94 yang merupakan bagian dari perjalanan bersepedaku seorang diri: JAKARTA – SABANG, NAD – JAKARTA – LARANTUKA, NTT – JAKARTA


Selasa, 18 Juli 2006 (Hari ke-92) Perjalanan ke Arah Timur:

Pagi-pagi sekali setelah sarapan kukayuh kembali sepedaku meninggalkan kota Lamongan, Jawa Timur. Tujuanku adalah agar secepatnya bisa memasuki kota Surabaya. Entah mengapa tiba-tiba saja terbesit keinginan untuk menyeberang ke pulau Madura. Aku memang telah merencanakan untuk berkeliling di pulau garam itu dalam perjalananku, tapi bukan saat perjalanan menuju Larantuka melainkan nanti saat sepulang dari Larantuka. Aku Cuma berpikir, besok atau sekarang toh sama saja. Yang penting keinginanku berkeliling Madura bisa kupenuhi.

Ya, setibaku di Surabaya langsung kuarahkan kayuhan sepedaku menuju pelabuhan Tanjung Perak. Kebetulan Kapal Feri penyeberangan ke pulau Madura sudah siap berangkat. Aku pun tak perlu menunggu lama untuk bisa menyeberang.

Sekitar pukul 9 aku telah berada di pelabuhan Kamal, Madura. Tanpa banyak berbasa basi segera kukayuh kembali sepedaku untuk mengelilingi pulau ini. Wah senang rasanya bisa menginjak tanah pulau garam ini. Dengan penuh semangat kutempuh jalur utara untuk memulai mengelilingi pulau ini.

Kota Bangkalan, Arosbaya, Tanjungbumi, dan Ketapang kulewati begitu saja. Semua berjalan lancar karena jalan yang kulalui relatif sangat datar. Menjelang malam aku tiba di Tamberu, Kecamatan Batu Mampar. Aku pun mendapat tempat beristirahat di Polsek setempat. Oya, di Polsek Tamberu inilah sedang ditangani kasus Carok Masal yang belum lama ini terjadi di daerah ini.

Rabu, 19 Juli 2006 (Hari ke-93) Perjalanan ke Arah Timur:

Setelah berpamitan dengan para Polisi di Polsek Tamberu kulanjutkan kembali perjalananku mengeliling pulau Madura ini. Selama menyusuri jalan disepanjang pantai pulau ini, mengingatkan aku akan saat-saat menyusuri jalan pinggir pantai di Aceh, Sumatera Barat dan di Bengkulu beberapa minggu yang lalu.

Bedanya, bila di Bengkulu banyak turis yang bermain selancar, maka di pulau ini lebih banyak penduduk yang berselancar di atas hamparan petak-petak garam hehehe.

Perjalanan hari ini pun terbilang lancar. Aku sangat senang begitu mengetahui bahwa masyarakat Madura yang terkenal berwatak keras ternyata memiliki keramahan yang tinggi. Terus terang, awalnya aku agak khawatir lho melintasi daerah-daerah di pulau ini. Namun kekhawatiranku langsung sirna setelah merasakan keramahan mereka kepada setiap orang asing yang mereka jumpai.

Kota Sumenep dan Pamekasan aku lalui dengan senyuman. Aku sungguh merasa nikmat dan nyaman bersepeda di pulau ini. Namun saat melintasi desa Blega menuju kota Tanah Merah tenagaku terkuras. Jalan yang kulalui lumayan menanjak. Wah capek juga rasanya. Menjelang malam ini tiba di kota Tanah Merah dan menumpang bermalam di Polsek setempat.

Kamis, 20 Juli 2006 (Hari ke-94) Perjalanan ke Arah Timur:

Pukul 6 pagi, setelah sholat Subuh dan sarapan ala kadarnya, kumulai kembali mengayuh sepedaku. Kutinggalkan Polsek Tanah Merah dengan tak lupa mengucapkan terima kasih pada para Polisi yang baik hati. Kupercepat kayuhan sepeda agar bisa segera tiba di Pelabuhan Kamal. Tak sampai satu jam aku tiba di kota Bangkalan. Ini berarti aku telah selesai mengelilingi pulau Madura. Horee.....

Kayuhan tidak kuhentikan. Aku terus saja melaju melintasi kota Bangkalan yang pagi itu cukup ramai. Kurang dari satu jam kemudian aku pun tiba di pelabuhan Kamal. Kapal Feri telah bersandar di pelabuhan untuk mengantar penumpang menuju pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Aku pun bergegas membeli tiket dan menaiki kapal Feri. Tuntas sudah keinginanku mengelilingi pulau Madura!

Hanya ½ jam perjalanan yang dibutuhkan untuk menyeberangi Selat Madura oleh kapal Feri. Setiba di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya segera kukayuh sepedaku menuju PATAGA, yaitu markas Mapala Universitas Tujuh Belas Agustus Surabaya yang berada di Jalan Semolo Waru Nomor 54. Setibanya di sana, kusampaikan niatku kepada rekan-rekan pencinta alam untuk menumpang beristirahat hingga esok hari. Merekapun menyambutku dengan penuh keramahan.

Wednesday, July 19, 2006

PERJALANAN: CIREBON – GRESIK




Ini adalah jurnal perjalananku di hari ke-88 s.d. ke-91 yang merupakan bagian dari perjalanan bersepedaku seorang diri: JAKARTA – SABANG, NAD – JAKARTA – LARANTUKA, NTT – JAKARTA


Jumat, 14 Juli 2006 (Hari ke-88) Perjalanan ke Arah Timur:

Pukul 08.30 aku meninggalkan kantor Balai Diklat Keuangan VII yang terletak di Jalan Pemuda No.36 Cirebon, tempat aku menumpang nginap semalam. Tentu saja ucapan terima kasih tak lupa kusampaikan kepada para pegawai kantor tersebut. Setelah itu, aku pun kembali menyusuri jalan pantura dengan sepeda Polygon-ku.

Oya, untuk menghilangkan rasa jenuh selama mengayuh sepeda, dalam perjalanan kali ini aku sengaja menghitung berapa banyak orang gila yang kulihat. Menurut catatanku, di hari rabu yang lalu aku berpapasan dengan 9 orang gila. Kemarin sebanyak 13 orang sedangkan hari ini aku melihat 21 orang gila. Yang kuheran kok semakin ke arah Timur semakin banyak orang kurang waras yang kutemui ya? Semoga saja data tadi tidak menjadi sebuah hipotesa bahwa semakin ke Timur Jawa maka akan semakin banyak ditemukan orang-orang yang telah kehilangan kewarasannya hehehe.

Siang ini kutunaikan sholat Jumat di kota Brebes, sebuah kota pinggir pantai utara Jawa yang terkenal sebagai sentra bawang merah. Menjelang sore aku telah tiba di kota Pekalongan. Langsung saja sepeda kuarahkan ke markas Mapala STAIN Pekalongan yang bernama GEMAWALA. Malam ini aku menginap di sana. Aku pun teringat akan perjalananku di tahun lalu. Beberapa tempat yang kudatangi untuk menumpang bermalan adalah tempat-tempat singgahku dulu.

Sabtu, 15 Juli 2006 (Hari ke-89) Perjalanan ke Arah Timur:

Hari ini semangatku agak menurun. Entah mengapa mulai terbesit rasa ragu akan perjalanan tahap ini. Akankah aku bisa menyelesaikan targetku? Persiapanku memang minim tapi biasanya aku tidak terlalu mempedulikan hal tersebut. Kali ini tidak. Rasa ragu muncul begitu saja dalam diriku.

Sejak meninggalkan kota batik, Pekalongan, kucoba untuk memompa kembali semangatku. Aku tahu diriku mulai ragu tapi aku pun nggak mau perjalananku terhenti begitu saja. Saat terik menerpa di siang hari aku memasuki kota Kendal. Kulepaskan rasa lelah dengan tidur di sebuah masjid yang berada di pinggir jalan. Kutahu rasa lelah ini bukan karena baru saja aku melalui jalan menanjak di kawasan Alas Roban, tetapi lebih disebabkan oleh mulai pupusnya semangatku.

Dengan setengah hati kumasuki kota Semarang. Saat itu hari mulai gelap meskipun jalan-jalan yang kulalui tetap terang benderang karena disiram lampu-lampu jalanan. Tempat yang kutuju untuk melepas lelah malam ini pun sama dengan saat perjalananku tahun lalu. Kukayuh sepedaku menuju Universitas Diponegoro. Malam pun kulalui di markas mapala universitas tersebut.

Minggu, 16 Juli 2006 (Hari ke-90) Perjalanan ke Arah Timur:

Semalam aku tidak bisa tidur nyenyak. Penyebabnya adalah nyamuk-nyamuk yang merajalela kelaparan di kamar tempat aku beristirahat. Aku pun menyesal karena tidak memiliki lotion anti nyamuk. Akhirnya, kulalui malam dengan berkali-kali membiarkan nyamuk-nyamuk menghisap darahku.

Lewat pukul 9 baru kumulai kayuhanku. Kayuhan demi kayuhan di hari ini kurasakan sangat berat. Aku semakin meragukan perjalananku ini. Benar-benar ragu. Satu jam berselang setelah meninggalkan kota Semarang, kuhentikan sepedaku pada sebuah masjid berukuran sedang yang ada di pinggir jalan. Kuturunkan barang-barang bawaanku dan kukunci sepedaku. Selanjutnya aku tidur!

Saat bangun satu setengah jam kemudian kusadari aku telah menyia-nyiakan waktu perjalananku. Kubenahi barang bawaanku dan kukayuh kembali sepedaku menuju arah kota Purwodadi yang berarti tidak menyusuri jalan pantai utara pulau Jawa. Saat kayuhan tiba di wilayah Godong, rasa lelah kembali menyerangku. Entah mengapa saat kulihat sebuah masjid di pinggir jalan, kuhentikan kayuhanku. Tak lama kemudian kuhempaskan tubuhku untuk kembali tidur.

Saat terbangun rasa malas benar-benar menyerangku. Ku-sms kakakku untuk mengabarkan bahwa perjalananku menuju Larantuka kubatalkan. Aku hanya akan mengayuh sampai Denpasar Bali untuk kemudian kembali ke Jakarta. Mantap sudah tekadku kali ini!

Saat sore menjelang, aku tiba di daerah Wirosari, kota kecil yang terletak beberapa kilometer setelah kota Purwodadi, Jawa Tengah. Malam ini aku menumpang bermalam di Polsek Wirosari.

Senin, 17 Juli 2006 (Hari ke-91) Perjalanan ke Arah Timur:

Pagi ini aku mendapat dampratan dari rekanku melalui telpon. Tadi malam aku memang menceritakan niatku untuk tidak mencapai Larantuka. Target perjalanan kuperpendek sampai di Bali saja. Ternyata, pagi ini rekanku yang berada di seberang pulau tersebut memarahiku. Ia mengancam agar aku tidak pupus harapan. Ia menyemangatiku melalui amarahnya. Aneh, aku tidak sedikitpun merasa sedang dimarahi. Bahkan sebaliknya, saat rekanku itu marah-marah aku malah merasa sedang mendapat siraman semangat.

Ya, hari ini semangatku pulih kembali!

Dengan penuh semangat kukayuh sepedaku kembali untuk meneruskan perjalananku yang terbilang masih jauh. Tak terasa kulewati kota Blora dan Bojonegoro begitu saja. Ingin rasanya merengkuh kembali meter demi meter yang kemarin hilang karena semangatku mengendur.

Beban pikiran yang selama beberapa hari ini bergelayut di benakku mulai luruh. Menjelang malam aku telah tiba di kota Lamongan, Jawa Timur. Namun karena jalanan terang benderang aku tak ingin menghentikan kayuhanku. Kulanjutkan terus kayuhanku hingga memasuki kotakota pantai yang merupakan pintu gerbang untuk memasuki ibukota Provinsi Jawa Timur, Surabaya. Malam ini aku melepas penat dan lelah di sebuah masjid yang berada di kota semen tersebut.

Friday, July 14, 2006

PERJALANAN: JAKARTA - CIREBON



Ini adalah jurnal perjalananku di hari ke-86 s.d. ke-87 yang merupakan bagian dari perjalanan bersepedaku seorang diri: JAKARTA – SABANG, NAD – JAKARTA – LARANTUKA, NTT – JAKARTA


Rabu, 12 Juli 2006 (Hari ke-86) Perjalanan ke Arah Timur:

Setelah dua belas hari aku berada kembali di Jakarta, kuputuskan untuk segera melanjutkan kembali perjalanan yang tersisa, yaitu Jakarta – Larantuka, NTT – Jakarta.

Ketika aku tiba kembali di Jakarta setelah melakukan perjalanan Jakarta – Sabang - Jakarta, sebenarnya aku tak ingin berlama-lama di sini. Kujadwalkan agar sesegera mungkin aku bisa melanjutkan perjalanan. Namun, manusia boleh berencana, tak bisa dielakkan, Allah-lah yang menentukan. Yang kulakukan selama di Jakarta bukan cuma untuk beristirahat setelah menempuh perjalanan melelahkan sejauh lebih dari 8.000 kilometer dalam waktu 74 hari. Aku juga melakukan beberapa persiapan untuk perjalanan berikutnya yang tak kalah jauhnya. Aku harus pontang-panting menghubungi kolega dan beberapa sponsorku agar perjalanan berikutnya mendapat suporting dana yang cukup. Sayang, semua usahaku gagal. Kalau pun aku mendapatkan tambahan dana, itu karena ada beberapa donatur yang peduli atas perjalananku. Meski bekalku minim untuk menuntaskan ekspedisiku hingga kota Larantuka di pulau Flores, aku tidak bersurut langkah. Kubulatkan tekadku dan kumantapkan semangatku sebagaimana ekspedisi-ekspedisiku sebelumnya.

Jam menunjukkan pukul 08.35 WIB saat aku berangkat dari tempat tinggal orang tuaku di daerah Sunter, Jakarta Utara. Iringian doa dari kedua orang tuaku mengawali kayuhan sepedaku. Tak lupa kumulai kayuhan tersebut dengan membaca basmallah dan bertawakal kepada Allah. Harapanku adalah aku bisa kembali lagi ke Jakarta dengan selamat.

Pukul 12 siang aku tiba di kota Karawang. Aku tidak bisa memasuki kota karena jalan menuju kota ditutup sementara oleh aparat keamanan. Aku pun mengikuti jalan yang diarahkan untuk semua jenis kendaraan menuju pinggiran kota Karawang. Kusempatkan untuk berisitirahat sejenak pada sebuah masjid yang ada di pinggir jalan raya. Kutunaikan sholat Dzuhur di sana. Setelah makan siang pada sebuah rumah makan sederhana, kulanjutkan kembali perjalananku.

Kukayuh terus sepedaku menyusuri jalan Pantura Jawa Barat. Menjelang sore aku tiba di kota Pamanukan dan beristirahat di kantor Polsek setempat. Malam itu pun aku menumpang tidur di kantor tersebut.

Kamis, 14 Juli 2006 (Hari ke-87) Perjalanan Arah Pulang:

Setelah mandi pagi dan sarapan, kumulai kembali kayuhanku hari ini. Tak lupa kuucapkan terima kasih pada Bapak-Bapak Polisi yang telah mengijinkan aku bermalam di kantornya. Deru kendaraan dan debu yang mengepul di jalanan ditambah asap hitam yang keluar dari knalpot bus-bus dan truk-truk menemani setiap kayuhanku. Semuanya kunikmati saja. Bahkan aku merasa perjalananku terasa ringan kali ini. Jalan yang kulalui terbilang sangat datar. Berbeda dengan jalan-jalan di Pulau Sumatera yang penuh tanjakan dan turunan.

Jalan yang kulalui kemarin, hari ini, dan esok adalah jalan yang telah kukenal. Tahun lalu aku menyusuri jalan ini pula saat aku melakukan perjalanan bersepeda seorang diri dengan rute Jakarta – Puncak Gunung Rinjani – Jakarta. Semoga saja perjalananku kali ini lancar dan tidak mendapat hambatan. Amin!

Sore hari aku memasuki kota Cirebon. Sesuai saran kakakku, aku menumpang bermalam di Balai Diklat Keuangan VII Departemen Keuangan di Jalan Pemuda 36 Cirebon.

Sunday, July 09, 2006

CURAHAN HATI ANAK PETUALANG


PERJALANAN BUKAN AREAL UNTUK BICARA CINTA

PERJALANAN ADALAH SUATU TEMPAT UNTUK BELAJAR

SAAT MENATAP MATAHARI DAN JALAN RAYA ITU ADALAH

HAL YANG SESUNGGUHNYA

PERENUNGAN AKAN SEMUANYA ADA DISINI

DENGAN INGATAN YANG TAJAM AKAN 4JJI

YANG HADIR UNTUK DIAJAK BICARA

DAN MENGAKUI AKAN KEDAHSYATANNYA

NAMUN APA DAYA UNTUK SEORANG IWAN

YANG CUMA MANUSIA SETENGAH RUSAK

SAAT IA SINGGAH DAN KENA TEGUR WANITA

HATI BERGETAR RELUNG TERBUKA

MENYAMBUT SENYUMAN YANG MUANISSS…

YANG MENGAJAK MENARI DAN BERNYANYI

TENTANG CINTA DAN TENTANG SAYANG

HAL ITU MEMBUAT AKU CUMA BISA BILANG

AKU BELUM TAHU

MUNGKIN…..KARENA,

DIA TERLALU NEKAT MENUSUK HATIKU SETIAP SAAT

KALA PAGI DATANG

KALA AKU TERLELAP

ATAU SAAT AKU BERIRAMA DENGAN KAYUHAN

DAN HAL ITU MEMBUAT GETARAN…

BAGAIMANA AKU MENOLAK

BAGAIMANA AKU DIAM

ATAU BAGAIMANA AKU CUMA BILANG

“MAAF AKU GA MAU DI GANGGU”

KAN GA MUNGKIN, APALAGI…

DIA BERTUTUP

DIA MANIS

DIA CANTIK MENAWAN

DIA GEMULAI

DIA PINTAR

DAN DIA PEMERHATI AKU

BAGAIMANA AKU BERKATA TIDAK

KAN GA MUNGKIN ….

YA SUDAH,BIAR SAJA CINTA ITU ADA

WALAU KENYATAANNYA JARAK MEMBENTANG JAUH...

DAN AKU CUMA BISA BILANG “AKU TERLANJUR HANYUT”

KE DALAM CINTAMU YANG MEMPESONA

Friday, July 07, 2006

FOTO FOTO KU SELAMA PERJALANAN TAHAP I

Halo sobat, sebagian foto-foto perjalananku kemarin (Jakarta Sabang Jakarta, 18 April s.d. 30 Juni 2006) bisa di liat di http://iwansunter.multiply.com/photo/
Silakan mampir yach....
Trims.
Oya, rencananya hari Selasa tanggal 11 Juli 2006 aku akan melanjutkan perjalanan bersepedaku, yaitu Jakarta Larantuka Jakarta. Mohon doa restunya ya....